BENGKULU, eWarta.co -- Ratusan mahasiswa di Kota Bengkulu hadiri rembuk pemuda dan kumpul kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Auditorium Ahmad Dahlan, Kampus IV Univ. Muhammadiyah Bengkulu (25/5/2025)
Kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa lintas organisasi diantaranya PMII, GMNI, PMKRI, PMII, dan HMI, Perwakilan BEM Dema UINFAS, BEM IAIN serta Usin Abdisyah Putra Sembiring (Ketua Komisi IV DPRD Prov Bengkulu).
"Pemuda ataupun mahasiswa merupakan pilar penting dalam membangun bangsa, tidak hanya dalam bentuk aksi-aksi di jalanan, tetapi juga melalui jalur-jalur strategis seperti legislasi dan advokasi," kata Kevin Aldo (Ketua IMM Bengkulu).
Sehingga, dalam rangka memperkuat peran tersebut, IMM menginisiasi kegiatan "Kumpul Kader IMM dan Rembuk Pemuda" sebagai wadah diskusi, konsolidasi dan penguatan kapasitas intelektual serta gerakan pemuda di Bengkulu.
Kegiatan bukan sekadar forum silaturahmi, melainkan langkah awal membangun ekosistem gerakan mahasiswa yang progresif dan adaptif terhadap tantangan zaman menujun Indonesia Emas 2045.
"Pada tataran lokal, banyak isu yang memerlukan solusi dari pemuda ataupun mahasiswa, seperti konflik agraria dan perampasan lahan, ketimpangan ekonomi, kerusakan lingkungan, kesenjangan pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil, pelestarian budaya serta identitas lokal," tuturnya.
Sedangkan menurut, Usin Abdisyah Putra Sembiring (Ketua Komisi IV DPRD Prov Bengkulu), bahwa parlemen membuka ruang selebar-lebarnya bagi partisipasi pemuda dan mahasiswa, bukan hanya dalam bentuk demonstrasi, tetapi juga dalam bentuk policy input, hearing, dan keterlibatan langsung dalam penyusunan regulasi.
Dalam konteks demokrasi modern, peran mahasiswa dan pemuda tidak lagi terbatas pada aksi-aksi turun ke jalan. Gerakan non jalanan menjadi alternatif strategis yang lebih substansial, sistemik, dan berdampak jangka panjang.
"Organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan baik OKP maupun BEM perlu menyediakan ruang pelatihan, kajian rutin, serta tim riset yang fokus pada isu-isu strategis lokal. Dengan begitu, mahasiswa bisa hadir sebagai pihak yang siap menawarkan solusi, bukan sekadar menyuarakan kritik yang berujung anarkis," tutupnya. (**)